Liputan Terkini – Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter utama di Indonesia terus melakukan langkah strategis untuk mengendalikan perekonomian dalam menghadapi berbagai tantangan. Salah satu instrumen yang paling kerap digunakan adalah BI-RATE, suku bunga acuan yang berfungsi mempengaruhi tingkat kredit dan tabungan di masyarakat.
Penurunan BI-RATE menjadi langkah krusial yang akan diambil oleh Bank Indonesia, namun keputusan tersebut sangat tergantung pada dua faktor kunci: inflasi dan nilai tukar. Inflasi, yang mencerminkan kenaikan harga barang dan jasa, memainkan peranan vital dalam kebijakan moneter. Jika inflasi menunjukkan tanda-tanda penurunan, BI kemungkinan akan mempertimbangkan untuk menurunkan suku bunga agar mendorong pertumbuhan ekonomi. Di sisi lain, jika inflasi tinggi, menjaga atau bahkan menaikkan BI-RATE menjadi pilihan, demi menstabilkan harga dan daya beli masyarakat.
Selain inflasi, nilai tukar rupiah terhadap mata uang lainnya juga menjadi pertimbangan tidak kalah penting. Kestabilan nilai tukar mencerminkan kepercayaan pasar terhadap ekonomi Indonesia. Jika angka nilai tukar menunjukkan tren penurunan, tak menutup kemungkinan BI akan enggan melakukan pemotongan suku bunga karena bisa berisiko pada pelemahan lebih jauh nilai tukar Rupiah. Di sinilah keseimbangan antara menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan menjaga stabilitas moneter menjadi sangat penting.
Dibaca juga: MUI Kalsel dan APH menemukan ajaran Sesat di 13 Kota
Dalam menjalankan tanggung jawabnya, Bank Indonesia tidak hanya mengamati data ekonomi domestik, namun juga memperhatikan dinamika global yang bisa mempengaruhi inflasi dan nilai tukar. Dengan mempertimbangkan berbagai faktor tersebut, BI memiliki semua alat yang diperlukan untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional demi kesejahteraan masyarakat.
Dengan demikian, setiap langkah yang diambil oleh Bank Indonesia dalam penurunan BI-RATE adalah hasil dari pertimbangan matang yang mempertimbangkan inflasi dan nilai tukar. Keterkaitan antara kedua faktor ini menegaskan bahwa kebijakan moneter yang diambil harus selalu adaptif dan responsif terhadap perkembangan terkini, demi mencapai tujuan ekonomi yang merata dan berkelanjutan.