Liputan Terkini – WHO melaporkan bahwa sistem kesehatan Lebanon kewalahan menghadapi lonjakan pasien akibat eskalasi konflik antara Israel dan Hizbullah. Sejak 23 September 2024, serangan Israel telah menewaskan sekitar 1.928 orang dan melukai hampir 9.300 orang di Lebanon. Banyak rumah sakit mengalami kesulitan karena lonjakan pasien terluka, sementara kondisi sektor kesehatan di negara itu sebelumnya sudah tertekan oleh berbagai krisis sebelumnya.
Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO, menyerukan perlindungan bagi tenaga medis dan pasien. WHO juga bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan Lebanon untuk memastikan rumah sakit memiliki cukup pasokan dan tenaga kesehatan yang memadai. Namun, Tedros menekankan bahwa perdamaian sangat dibutuhkan untuk mencegah lebih banyak korban dan penderitaan di kawasan tersebut.
Situasi ini semakin parah seiring dengan konflik yang berkembang di kawasan, dengan eskalasi kekerasan di Gaza dan dampaknya meluas hingga Lebanon. WHO terus meningkatkan respons bantuan, tetapi menekankan bahwa solusi terbaik adalah penghentian kekerasan di seluruh wilayah
Militer Israel baru-baru ini melancarkan serangan ke wilayah Lebanon yang meningkatkan ketegangan lintas batas dengan Hizbullah. Sejak awal Oktober 2024, Israel melakukan serangan udara dan darat di Lebanon selatan, menyasar posisi Hizbullah dengan dalih pencegahan serangan balik. Serangan tersebut telah menyebabkan kerusakan signifikan, mengakibatkan korban jiwa dan ribuan orang mengungsi.
Dibaca juga: Han Kang Menolak konferensi pers soal Nobel Sastra karena ada perang
Selain itu, militer Israel juga mengakui bahwa mereka secara tidak sengaja melukai beberapa personel penjaga perdamaian PBB (UNIFIL) selama serangan tersebut. Insiden ini memicu kecaman internasional karena meningkatkan risiko konflik yang lebih luas di kawasan, mengingat eskalasi kekerasan juga terjadi di Jalur Gaza sejak tahun sebelumnya
Serangan militer Israel baru-baru ini telah menyebabkan korban jiwa di beberapa wilayah, termasuk Gaza dan Lebanon. Di Lebanon, sedikitnya 22 orang tewas dan 117 lainnya terluka akibat serangan udara Israel di wilayah padat di Beirut, yang sebelumnya tidak pernah diserang. Di antara korban terdapat satu keluarga yang seluruh anggotanya tewas, termasuk anak-anak.
Di Gaza, serangan juga semakin intensif, terutama di kamp pengungsi Jabalia, di mana warga dan pekerja kemanusiaan mengalami kesulitan keluar-masuk karena blokade dan ancaman serangan lebih lanjut. Sekolah-sekolah dan fasilitas umum di sana juga menjadi sasaran, memperparah situasi kemanusiaan.
Secara keseluruhan, konflik yang semakin meluas ini telah menyebabkan ratusan hingga ribuan korban jiwa dalam beberapa pekan terakhir, baik di kalangan sipil maupun kombatan. Situasi di wilayah tersebut masih sangat genting dan memerlukan perhatian internasional untuk mencegah eskalasi lebih lanjut.
Hingga saat ini, konflik di Jalur Gaza yang dimulai pada Oktober 2023 telah menyebabkan lebih dari 40.000 orang tewas, dengan korban luka mencapai sekitar 93.000 orang. Mayoritas korban adalah warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak, di tengah intensitas serangan udara dan blokade Israel yang memperburuk kondisi kemanusiaan di wilayah tersebut【40†source】【41†source】.
Jumlah korban terus bertambah seiring operasi militer yang berlanjut, dan situasi di Gaza sangat kritis, terutama dengan terbatasnya akses bantuan kemanusiaan.
Dibaca juga: Presiden Jokowi Beri Tanda Penghormatan 7 Satuan Kerja Polri
Dibaca juga: Maarten Paes Protes Kepada Wasit Ahmed AI Kaf asal Oman